Arsip Blog

Jumat, 16 Desember 2022

Koneksi antar Materi 1.4 Budaya Positif

 




Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Koneksi materi Modul 1

Paradigma dan Visi Guru Penggerak


Pada modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tiga Pilar pendidikan : Ing Ngarso song tolodo, Ing Madya Mangun karso dan Tut wuri Handayani . Pendidikan adalah menuntun laku murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Asas Trikon yaitu  Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris. Pendidikan adalah  proses pemenuhan cipta, rasa, karsa dan raga secara menyeluruh untuk mencapai kebijaksanaan. Pendidikan adalah proses penyemaian benih-benih kebudayaan serta kodrat anak adalah bermain. 

Pada modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Nilai Guru Penggerak : Berpihak pada murid, Mandiri, Reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Peran guru penggerak : 1. Pemimpin pembelajaran, dengan melakukan tindakan strategis dalam pembelajaran. 2. Menjadi coach bagi guru, hal ini terkait peningkatan kualitas pembelajaran murid di sekolah. 3. Mendorong kolaborasi, guru penggerak hendaknya bisa mencapai suatu tujuan untuk menghasilkan sesuatu misalnya dengan cara dialog positif antar guru. 4. Mewujudkan kepemimpinan murid,artinya kemampuan diri untuk menuntun murid. 5. Gerakan komunitas praktisi, dengan cara menumbuhkan budaya belajar kolaboratif seperti dialog akademik.

Pada modul 1.3 Visi guru Penggerak, saya mempelajari tentang membuat visi dan membuat perubahan dengan pendekatan inquiry apresiatif, ATAP dan BAGJA. 

Pada modul 1,4 Budaya positif saya mempelajari tentang 5 kebutuhan dasar,  perbedaan hukuman, konsekuensi dan keyakinan. Cara membuat keyakinan sekolah dan kelas. 5 posisi kontrol dan 3 langkah Restitusi. 

Adapun koneksi  antar materi di modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak adalah dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Maka  seorang Guru Penggerak harus  selalu menjaga nilai-nilai dan peran  yang ada pada dirinya. dengan  mempunyai sebuah visi yang ditetapkan berdasarkan pemikiran yang berpihak pada murid. Seorang guru penggerak akan membawa perubahan dengan mengangkat hal-hal positif di sekitarnya dan menjadi guru yang membawa perubahan budaya positif di sekolah dengan perubahan posisi kontrolnya di sekolah terhadap murid. Sehingga murid termotivasi secara intrinsik dalam membuat perubahan menuju kebahagian bagi dirinya dan sebagai anggota masyarakat.

Pada modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tiga Pilar pendidikan : Ing Ngarso song tolodo, Ing Madya Mangun karso dan Tut wuri Handayani . Pendidikan adalah menuntun laku murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Asas Trikon yaitu  Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris. Pendidikan adalah  proses pemenuhan cipta, rasa, karsa dan raga secara menyeluruh untuk mencapai kebijaksanaan. Pendidikan adalah proses penyemaian benih-benih kebudayaan serta kodrat anak adalah bermain. 

Pada modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Nilai Guru Penggerak : Berpihak pada murid, Mandiri, Reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Peran guru penggerak : 1. Pemimpin pembelajaran, dengan melakukan tindakan strategis dalam pembelajaran. 2. Menjadi coach bagi guru, hal ini terkait peningkatan kualitas pembelajaran murid di sekolah. 3. Mendorong kolaborasi, guru penggerak hendaknya bisa mencapai suatu tujuan untuk menghasilkan sesuatu misalnya dengan cara dialog positif antar guru. 4. Mewujudkan kepemimpinan murid,artinya kemampuan diri untuk menuntun murid. 5. Gerakan komunitas praktisi, dengan cara menumbuhkan budaya belajar kolaboratif seperti dialog akademik.

Pada modul 1.3 Visi guru Penggerak, saya mempelajari tentang membuat visi dan membuat perubahan dengan pendekatan inquiry apresiatif, ATAP dan BAGJA. 

Pada modul 1,4 Budaya positif saya mempelajari tentang 5 kebutuhan dasar,  perbedaan hukuman, konsekuensi dan keyakinan. Cara membuat keyakinan sekolah dan kelas. 5 posisi kontrol dan 3 langkah Restitusi. 

Adapun koneksi  antar materi di modul 1 Paradigma guru Penggerak adalah dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Maka  seorang Guru Penggerak harus  selalu menjaga nilai-nilai dan peran  yang ada pada dirinya. dengan  mempunyai sebuah visi yang ditetapkan berdasarkan pemikiran yang berpihak pada murid. Seorang guru penggerak akan membawa perubahan dengan mengangkat hal-hal positif di sekitarnya dan menjadi guru yang membawa perubahan budaya positif di sekolah dengan perubahan posisi kontrolnya di sekolah terhadap murid. Sehingga murid termotivasi secara intrinsik dalam membuat perubahan menuju kebahagian bagi dirinya dan sebagai anggota masyarakat.


Peranan Calon Guru Penggerak dalam Menciptakan

Budaya Positif di Sekolah


         Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah adalah yang pertama harus dimulai dari diri sendiri dimana saya sebagai among menjadi teladan untuk menerapkan disiplin positif untuk mengontrol diri saya sendir. Kembali pada nilai-nilai yang saya yakini. Menyadari bahwa setiap manusia melakukan sesuatu ada penyebabnya yang bersumber dari pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sehingga peran saya selaku guru idealnya adalah sebagai kontrol manajer. Berupaya untuk ke posisi tersebut, kalau tidak bisa paling tidak sampai pada posisi pemantau. Jangan sampai saya menjadi penghukum. Berpihak kepada murid untuk mengembalikan nilai-nilai yang dianut murid. Sehingga mereka termotivasi secara intrinsik. Sehingga perubahan mereka dapat jangka panjang. Saya berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang menuntun murid menuju kebahagian sebagaimana yang dicita-citakan dan sebagai anggota masyarakat. Peran ini saya sadari betul, sangat memerlukan dukungan dan kerjasama semua pihak. Semoga saya bisa memperbesar lingkaran pengaruh saya dalam menumbuhkan budaya positif di sekolah. Memang bukan hal yang mudah membawa perubahan. Akan tetapi ketika kita tak berhenti untuk bergerak meski lambat. Tapi pasti kita akan sampai ke tujuan asal jangan menyerah demi suatu kebenaran. Berani menerima kritik dan saran demi sebuah kemajuan akan menjadi langkah awal menuju keberhasilan. 


Refleksi Modul Budaya Positif 


Banyak hal yang menarik diluar dugaan saya. Semua hal bagi saya adalah hal baru dan praktik di lapangan justru banyak pada bagian yang menurut teori dalam materi ini adalah hal yang tak seharusnya terjadi. Semoga saya bisa membawa perubahan ini terhadap diri saya sendiri terlebih dahulu yang utama, dan semoga juga bisa memperbesar lingkaran pengaruh saya kepada orang lain. Hal- hal tersebut diantaranya adalah  tentang disiplin positif, hukuman dan  penghargaan serta segitiga restitusi.               

Disiplin positif adalah proses pembelajaran. Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik murid yang bertujuan menguatkan motivasi intrinsik nya.Ada tiga motivasi yang menjadi alasan  seseorang  dalam bertindak : 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi yang ketiga lah yang merupakan motivasi intrinsik yang akan membawa perubahan jangka panjang bagi murid. Dalam menerapkan disiplin positif guru harus mengetahui tentang teori kontrol. Dimana sesungguhnya kita tidak dapat mengontrol orang lain termasuk murid akan tetapi diri mereka sendirilah yang dapat mengontrol diri mereka sendiri melalui disiplin positif.  Teori kontrol adalah teori tentang cara guru menghadapi murid  yang melakukan hal negatif demi memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ada 5 posisi kontrol guru : guru sebagai penghukum, guru sebagai pembuat rasa bersalah, guru sebagai teman, guru sebagai pemantau dan guru sebagai manajer. Dalam beberapa kasus yang ditemui di sekolah kita bisa memposisikan diri kita dari beberapa posisi. Kontrol tersebut. Akan tetapi posisi ideal adalah sebagai kontrol manajer.  Kontrol Manajer menerapkan  restitusi dalam tindakannya. Tahapan segitiga restitusi adalah : 1. Menstabilkan Identitas 2. Validasi kebutuhan. 3. menanyakan Keyakinan. Hukuman dan penghargaan hanya akan menumbuhkan motivasi ekstrinsik. Hal ini hanya bersifat jangka Pendek. Sedangkan keyakinan yang dibuat dan disepakati sebagai keyakinan kelas dibuat untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan. Dengan keyakinan kelas akan lebih menggerakkan murid  dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.  

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya  dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah  setelah mempelajari modul  adalah mencoba untuk merubah posisi kontrol saya. Selama ini saya memposisikan diri saya terhadap anak adalah  sebagai teman. Semoga saya bisa belajar untuk memposisikan diri sebagai  manajer. Dengan harapan dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri mereka. Menumbuhkan kesan yang lebih mendalam di hati mereka agar mereka mengingat nilai-nilai yang telah kita tanamkan. 

Pengalaman yang pernah saya  alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah bahwa kita selaku pemimpin pembelajaran hendaklah menciptakan budaya positif di sekolah dengan cara menyepakati bersama nilai-nilai yang diyakini berupa kesepakatan. Nilai-Nilai tersebut harus kita bangun dan menjadi dasar dalam berperilaku, Sehingga kalau terjadi pelanggaran dan kesalahan kita akan kembali kepada nilai yang telah kita sepakati bersama. Bekerja sama dengan semua pihak adalah hal yang terpenting. Tidak peduli seberapa lambat kita berjalan asal membawa perubahan pasti kita akan sampai pada tujuan yang kita harapkan.

Perasaan saya  ketika membuat kesepakatan sekolah bersama murid sangatlah senang. Ternyata mereka sesungguhnya mempunyai nilai-nilai kebaikan universal dari diri masing-masing murid. Hal ini terbentuk dari kodrat alam dan zamannya masing-masing. Keyakinan berupa kebaikan universal mampu menjadi pemersatu. Sehingga saya merasakan ternyata dengan menyepakati keyakinan lebih mudah dalam memberikan motivasi dan mengingatkan mereka ketika terjadi pelanggaran. Dibandingkan ketika masih berupa  sebuah peraturan. 

Dari berbagai pengalaman yang saya alami, ada beberapa hal yang harus saya perbaiki. Terutama kepada diri sendiri. Saya harus memulai dari diri saya sendiri untuk terus berupaya kembali kepada keyakinan yang saya yakini. Menumbuhkan motivasi intrinsik  dalam semua tindakan yang saya ambil. Ada juga hal baik yang harus dipertahankan. Diantaranya budaya positif di sekolah seperti kekeluargaan, kebersamaan, serta saling mendukung. Akan menjadi aset berharga dalam menuju sebuah perubahan dalam rangka menciptakan budaya positif di sekolah.  

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid saya memposisikan diri saya sebagai teman. Perasaan saya saat itu mungkin saya senang karena bisa dekat dengan mereka dan mereka pun bisa berbagi hal apapun dengan saya. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat mereka menyadari kesalahan mereka. Sehingga mereka tetap melakukan kesalahan yang sama. Setelah mempelajari modul ini saya mencoba mempraktikkan posisi sebagai manajer. Ternyata dengan tanpa kehilangan kedekatan dengan mereka saya juga bisa membuat mereka menyadari kesalahan mereka dan mencari jalan keluar untuk memperbaikinya. 

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid saya, akan tetapi hanya pada tahap menyadari kesalahan dan memperbaikinya . Biasanya jika ada kasus yang aksidental. Misalnya saat adanya pertengkaran antar siswa.  Maka yang saya lakukan adalah menyadarkan mereka akan kesalahan mereka ( Validasi tindakan yang salah) dan mendamaikan mereka dari hasil bertanya apa yang mereka  masing-masing inginkan ( Menstabilkan identitas).

Konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, Menurut saya semua yang ada di modul sudah sangat mewakili dalam proses menciptakan budaya positif di lingkungan kelas maupun sekolah. keteladanan, kolaborasi semua pihak  dan keberpihakan pada murid adakah hal penting Yang sudah ada  dibahas mendalam dalam modul 1.4 tentang Budaya Positif. 



Tapin, 16 Desember 2022






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Praktik baik Menciptakan Lingkungan Kaya Teks di SD Negeri Labung 1

Dokumentasi Pribadi Lingkungan Kaya Teks adalah sebuah konsep di mana lingkungan sekitar kita, terutama dalam konteks pendidikan, dipenuhi ...